Jika anda mengalami gejala-gejala di bawah ini, besar kemungkinannya itu adalah tanda-tanda ims. segera periksa dan test di klinik.
- Keluar cairan atau nanah dari penis atau anus
- Rasa tidak nyaman atau nyeri di penis saat berkemih
- Luka / lecet di area kelamin
- lepuhan / bintil yang terasa nyeri di area kelamin
Silakan berkunjung ke klinik jika ternyata pasangan seks anda terdiagnosis:
- Gonore
- Sifilis
- Klamidia/ LGV
- HIV
Terdapat kemungkinan tes IMS gagal mengidentifikasi infeksi yang terjadi sangat dini, yang dikenal sebagai ‘periode jendela‘. Apabila Anda terpapar IMS dan berada di peridoe jendela, Klinik dapat mempertimbangkan untuk memberikan pengobatan langsung atau menunggu hasil tes lebih lanjut.
- Gonore: 2 minggu
- Klamidia: 2 minggu
- Sifilis: 8 minggu
- Tes Antibodi HIV: 8 minggu (jenis tes HIV yang lazim dilakukan di puskesmas dan klinik HIV – tes ini memeriksa respons imun tubuh, yang dikenal sebagai antibodi)
- Tes PCR HIV (bagian dari studi Interact) – dapat mendeteksi virus HIV dalam darah 8 – 10 hari
Menggunakan kondom secara konsisten saat berhubungan seks anal merupakan cara yang sangat efektif untuk mencegah hiv. tidak seperti prep, kondom juga memberi perlindungan terhadap berbagai jenis infeksi menular seksual lainnya.
Tidak semua kondom itu sama – ada berbagai ukuran, dan merek yang berbeda akan memberikan sensasi yang berbeda. Sangatlah berguna untuk meluangkan waktu sendiri mencoba berbagai kondom sehingga Anda bisa memilih yang paling nyaman untuk Anda. Selalu cek tanggal kedaluwarsa pada kemasan untuk memastikan kondom masih baik untuk digunakan.
Luangkan waktu untuk berlatih menggunakan kondom sendirian sehingga Anda akan merasa percaya diri saat bersama pasangan. Pastikan kondom tersebut sesuai – bila Anda merasa sulit untuk menggulung kondom ke pangkal penis atau merasa tidak nyaman, kemungkinan ukuran kondom terlalu kecil. Sebaliknya, jika kondom terasa terlalu longgar, itu berarti ukurannya terlalu besar dan berisiko terlepas ketika sedang berhubungan seks.
Mengerti cara penularan HIV sangatlah penting jika Anda aktif secara seksual. HIV bisa ditransmisikan lewat hubungan seks tanpa pengaman, baik itu anal (penis ke anus) ataupun vaginal (penis ke vagina). Resiko tertular HIV dari seks oral pasif (menerima oral seks pada penis) adalah sangat rendah.
Berhubungan seks tanpa pengaman berarti tidak menggunakan kondom atau Pre Exposure Prophylaxis (PrEP). ODHIV yang sedang dalam pengobatan yang efektif tidak bisa menularkan virusnya ke orang lain (Kadar virus sudah tidak terdeteksi dalam darah).
Risiko lebih tinggi terdapat pada pasangan seksual yang dipenetrasi.
Hal-hal yang meningkatkan risiko antara lain adanya cairan semen & darah. Seks yang berlangsung lebih lama atau lebih keras dapat meningkatkan risiko terinfeksi HIV, demikian juga dengan memiliki banyak pasangan seksual.
ODHIV yang berada dalam beberapa bulan awal setelah terinfeksi sangat mudah menularkan virus HIV ke pasangan seksualnya karena kadar virus yang sangat tinggi dalam darah (seringkali mereka tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi)
Risiko Tertinggi
- Seks anal pasif tanpa kondom (dipenetrasi secara anal)
- Berbagi peralatan injeksi (jarum suntik, dll)
Risiko Tinggi
- Seks anal aktif tanpa kondom (Penetrasi penis ke dalam anus)
- Seks vaginal pasif tanpa kondom (Vagina dipenetrasi penis)
Risiko Rendah
- Seks vaginal aktif tanpa kondom (Penetrasi penis ke dalam vagina)
Risiko Sangat Rendah
- Seks oral pasif tanpa kondom (penis di-oral)
Tidak Berisiko
Jenis-jenis seks lain dianggap terlalu rendah risikonya untuk penularan HIV. HIV tidak ditularkan melalui kontak kulit ke kulit, ciuman, berbagi peralatan rumah tangga atau ruangan (mis. Alat makan & toilet)
Kini tersedia banyak metode untuk mencegah penularan HIV. Anda hanya perlu menemukan pilihan yang tepat untuk anda. Jika kita semua memilih satu, kita akan mengalahkannya selamanya
Penggunaan kondom secara benar merupakan salah satu metode efektif untuk mencegah HIV serta infeksi menular seksual lainnya. Jika terjadi kondom pecah, ada Post Exposure Prophylaxis (PEP), sebuah rangkaian pengobatan darurat selama empat minggu yang perlu dimulai dalam 72 jam setelah paparan. Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua fasilitas kesehatan di Jakarta dan Bali menyediakan PEP, dan mungkin diperlukan biaya untuk mendapatkannya.
Pre Exposure Prophylaxis (PrEP) juga merupakan strategi yang sangat efektif dalam pencegahan HIV. Ini melibatkan pemberian obat sebelum dan sesudah berhubungan seks untuk mencegah infeksi. PrEP tersedia di beberapa puskesmas di Indonesia bagi mereka yang berisiko tinggi terinfeksi HIV. Informasi lebih detail mengenai puskesmas yang menyediakan PrEP dapat diakses melalui tautan tertentu.
ODHIV yang menjalani pengobatan efektif tidak akan menularkan virus kepada orang lain, karena obat dapat menurunkan jumlah virus hingga tidak terdeteksi. Ini sering disebut dengan istilah U=U (undetectable equals untransmittable).
Kemungkinan besar Anda akan tertular HIV dari orang yang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi, sehingga penting untuk tidak membuat asumsi terhadap pasangan seks yang tidak Anda kenal dengan baik.
Orang yang menjalani pengobatan dengan kadar virus HIV yang tidak terdeteksi tidak dapat menularkan HIV kepada orang lain.
Pengobatan dini memberikan ekspektasi hidup yang normal. Jika hasil tes HIV Anda positif, kami berharap Anda bersedia mengawali pengobatan sedini mungkin dan kami siap mendukung.
Kami akan menjelaskan berbagai pilihan terapi yang tersedia untuk Anda, serta memberikan pemantauan dan dukungan untuk menurunkan virus hingga ke tingkat ‘tidak terdeteksi’. Ketika kondisi Anda telah stabil, kami akan melakukan pemantauan terhadap kondisi Kesehatan Anda setiap 3 hingga 6 bulan sekali.